Pages

Jumat, 25 September 2015

Free Access; Strategi Harian The Guardian

The Guardian web site

Harian The Guardian, media terbesar di Inggris pada 2011 telah dilaporkan mengalami kerugian pendapatan setiap tahun sejak 2004. Pada 2010, Guardian dan anak media The Observer kehilangan 47 juta Euro. Kalau bukan karena kucuran dana dari pemilik, koran itu tentu sudah bangkrut.

Sejak 1936, koran didanai oleh Scott Trust dengan satu tujuan: “Untuk mengamankan independensi editorial The Guardian”.

Scott Trust memiliki sejumlah perusahaan dengan pendapatan laba besar. Keuntungan yang dihasilkan digunakan untuk mengimbangi kerugian The Guardian.

“Misi kami adalah untuk mencari suatu keuntungan daripada mencari untung rugi.” kata Deputy Editor Ian Katz. Bahkan CP Scott pemilik diawal abad 20 percaya itu lebih penting daripada mencari untung rugi.

Tatkala harga koran naik 20 persen, Alan Rusbridger, editor-in-chief mengatakan, The Guardian bukan mesin penghasil uang. “Kami adalah perusahaan berita yang ingin menandingi hewan buas besar di hutan belantara, dan kami menang,” katanya.

Website berita The Guardian salah satu paling populer di dunia, namun kontennya tersedia gratis berbeda dengan konten New York Times.

The New York Times juga berulang kali jatuh dalam kerugian dalam beberapa tahun memaksanya mencari pemegang saham baru dan pinjaman. Times juga percaya dengan masa depan online dan mempelajari bagaimana internet bisa menghasilkan uang. Times akhirnya meminta user untuk membayar langganan konten.

Dalam perjalanannya, statistik pengunjung melorot tajam tapi yang mengejutkan beberapa user kembali dan menjadi pelanggan setia konten online.

The Guardian dan The New York Times adalah dua rakasasa yang bertempur dalam medan perang yang sama. Namun dengan strategi yang jauh berbeda. Di satu sisi orang Amerika berani membayar konten online, di sisi lain perusahaan media Inggris yang lebih memilih mengandalkan pendapatan iklan karena khawatir pembacanya pergi.

Setidaknya hingga 2011, belum bisa ditebak siapa menang dan kalah. Bagaimananpun The Guardian lebih mampu bertahan dari kompetitornya New York Times dan surat kabar lainnya karena dukungan dana Scott Trust.

Rusbridger memiliki alasan kuat dalam strategi menggratiskan konten online. Ia mengatakan mematahkan pertumbuhan digital menjadi keputusan yang sangat bernyali.

Dengan oplah edisi cetak yang terus berkurang, Rusbridger telah memerintahkan perubahan taktik radikal. Sekarang setiap rupiah diinvenstasikan ke dalam operasi online, sedangkan edisi cetak akan menjadi lebih kecil. Penerbit tidak memiliki niat untuk menghentikan penurunan sirkulasi, tapi setidaknya akan memotong biaya produksi.

Akhirnya Guardian online menjadi kekuatan yang sangat besar. Menurut peneliti pasar Comscore, Agustus 2011 situs The Guardian memperoleh peringkat kelima sedunia. Menarik hampir 32 juta user perbulan. Kemudian pada 2014 The Guardian turun satu tingkat menjadi peringkat keenam dibawah New York Times.

Meski demikian Guardian tetap tidak menjadikan web sebagai mesin uang. Mereka tetap fokus pada jasa periklanan untuk koran dan menyakini itu merupakan satu-satunya cara yang menguntungkan. Mereka berharap, semakin banyak orang membaca edisi online, suatu hari nanti pendapatan iklan yang besar akan didapat.

Tatkala grafik pembaca koran menurun sebaliknya grafik pembaca online terus mananjak, munculah teori “persimpangan Rusbridger”, momen saat bos mereka berjudi saat koran terus merugi.

Pertanyaannya, pada level mana kedua titik ini akan bertemu. “Terlalu dini mengatakan jika strategi ini tidak bekerja,” kata Rusbridger. “Kita sedang menunggu perubahan paradigma industri periklanan.”

Strategi paid access New York Times belum tentu akan menguntungkan finansial dalam jangka panjang, tapi hasil awal ternyata menggembirakan. Hanya tiga bulan setelah diperkenalkan, sebanyak 224.000 user membayar untuk mengakses web.
Paid access New York Times

Pengenalan paid access mungkin telah memotong pembaca New York Times online. Tetapi dengan total pengunjung sebelumnya 47 juta perbulan, kemerosotan itu tidak terlalu dirisaukan. Mereka yakin jurnalisme yang baik memiliki harga.

Mengejutkan, empat tahun kemudian pada Juli 2015 New York Times mengumumkan jumlah user paid access mencapai 1 juta pelanggan. “Perolehan ini merupakan penghargaan untuk kerja keras dan inovasi tim pemasaran, produk dan teknologi kami serta keunggulan jurnalisme kami,” jelas Mark Thompson President dan CEO New York Times.

Sebaliknya Rusbridger di Guardian berpikir bahwa konten online bukan hanya sekedar model bisnis. “Ini adalah tentang kisah yang jauh lebih besar dari hanya sekedar jurnalisme,” katanya.

Di mata Rusbridger, ide paid access seperti menerapkan tradisi kuno ke dunia digital yang modern. Ia menyatakan, “Jurnalisme digital merupakan dunia yang terbuka yang melibatkan pembaca.”

Sumber:


  • http://www.spiegel.de/international/business/journalistic-success-economic-failure-can-free-web-content-save-the-guardian-a-789108.html
  • http://investors.nytco.com/press/press-releases/press-release-details/2015/The-New-York-Times-Passes-One-Million-Digital-Subscriber-Milestone/default.aspx



Selasa, 10 Februari 2015

Atasan Like Boss Karyawan Ambil Langkah Seribu

Karyawan resign itu hal biasa. Menjadi luar biasa jika karyawan tersebut tergolong karyawan berpotensi. Perusahaan kehilangan SDM terbaiknya yang belum tentu mendapat pengganti dalam waktu singkat. Atasan yang tidak disukai seringkali jadi alasannya.

Atasan yang hanya menjadi bos bukan leader. Hanya mampu memerintah tanpa mengindahkan pengarahan dan muamalah antar manusia. Bos bertindak hanya berdasar orientasi tugas dengan orientasi hubungan manusia yang rendah. Ia bisa menyenangkan karyawan dengan berbagai fasilitas atau tunjangan, namun bukan dengan rasa penghargaan.

Orientasi seperti ini akan menciptakan gaya kepemimpinan otokratis. Implikasinya, kepuasan kerja bawahan rendah. Lambat laun bawahan mulai demotivasi dan kemudian resign. Bekerja dengan tekanan menjadi hal biasa dalam dunia kerja, namun karyawan “star” tidak mau harga dirinya direndahkan.

Slogan Boss is always right sudah mulai ditinggalkan. Atasan yang hebat akan meninggalkan model bos untuk menuju model leader. Memiliki orientasi pada tugas dan muamalah antar manusia. Bergaul dengan bawahan dengan adil dan bijak. Menjadi sempurna jika penilaian karyawan bisa dilakukan menggunakan metode-metode yang masyhur seperti Personal Balanced Scorecard. Dengan demikian, penilaian karyawan menjadi objektif.

Sabtu, 27 Desember 2014

Alhamdulillah

Tahunan sudah saya tinggalkan ngeblog. Mencoba bangkit menyusun warisan paling berharga, ilmu. Kalaulah bukan ilmu, paling tidak ide atau coretan yang mungkin suatu saat nanti bermanfaat baik bagi orang lain.

Dahulu, banyak waktu luang tapi tidak tahu apa yang mau ditulis. Sekarang susahnya cari waktu luang, banyak yang mau ditulis sampai tak dapat kata. Kalau tidak mengazzamkan diri, kapan lagi?

Jadi, blog ini saya mulai dengan hamdallah sebagai ucapan terbaik rasa syukur. Segala pujian hanya bagi Allah.